Onde-Onde Mojokerto Ikon Kuliner Legendaris

Daftar Isi

 

Onde-Onde Mojokerto Ikon Kuliner Legendaris

SERBATAU - Menyebut nama Mojokerto, benak banyak orang nyaris tentu langsung tertuju pada satu kuliner yang begitu menempel onde-onde. Kudapan berbentuk bulat, bertabur biji wijen, dengan isi kacang hijau yang manis legit ini bukan sekadar makanan biasa.

Lebih dari itu, onde-onde telah menjelma menjadi ikon, sebuah penanda budaya, sekaligus daya tarik wisata kuliner yang membuat nama Mojokerto kian dikenal luas.

Keberadaan onde-onde sebagai ikon kota bukanlah sesuatu yang hadir begitu saja. Ada sejarah panjang, kisah turun-temurun, hingga kisah pedagang yang konsisten menjaga cita rasa klasiknya sejak puluhan tahun lalu. Bahkan, di tengah modernisasi kuliner yang kian variatif, onde-onde Mojokerto tetap bertahan sebagai primadona.

 

Jejak Sejarah Onde-Onde di Mojokerto

Asal-usul onde-onde di Mojokerto kerap dikaitkan dengan pengaruh budaya Tiongkok yang masuk ke Nusantara sejak ratusan tahun silam. Konon, makanan berbentuk bulat ini dibawa oleh para pedagang Tiongkok yang menjadikan kacang hijau sebagai isian utamanya. Bentuk bulat yang sederhana melambangkan keharmonisan dan keberuntungan, sebuah filosofi yang hingga kini masih melekat.

Mojokerto, yang dahulu menjadi bagian penting dari peradaban Majapahit, kemudian menerima dengan baik kehadiran kudapan ini. Seiring berjalannya waktu, onde-onde mengalami proses akulturasi.

Resepnya diolah dengan bahan lokal, teknik memasak disesuaikan dengan selera lidah masyarakat Jawa, hingga akhirnya lahirlah onde-onde dengan karakter khas Mojokerto yang berbeda dari daerah lain.

Tak heran jika kemudian kota ini mendapat julukan sebagai “Kota Onde-Onde”. Julukan yang bukan hanya sekadar slogan, melainkan representasi identitas kuliner yang telah mendarah daging.

 

Baca JugaKerupuk Upil Khas Mojokerto

 

Legenda Gerai Onde-Onde Tertua

Berbicara tentang onde-onde Mojokerto, sulit mengabaikan keberadaan gerai-legenda yang sudah ada sejak 1920-an. Gerai inilah yang hingga kini tetap berdiri kokoh, melayani pembeli dari berbagai daerah bahkan mancanegara. Bayangkan, selama hampir satu abad, usaha ini tetap konsisten menjaga kualitas.

Kunci keistimewaan mereka terletak pada proses pembuatan yang tidak banyak berubah. Mulai dari pemilihan tepung beras ketan yang berkualitas, kacang hijau yang diolah hingga benar-benar lembut, hingga teknik menggoreng dengan api sedang agar kulit tetap renyah namun isi tetap lembut. Resep turun-temurun ini menjadi rahasia yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Pengunjung yang datang pun sering kali tidak sekadar membeli, tetapi juga bernostalgia. Banyak yang bercerita, sejak kecil mereka sudah diajak orang tua membeli onde-onde di gerai tersebut, dan kini tradisi itu dilanjutkan kepada anak-anak mereka. Dari sini, kita bisa melihat bahwa onde-onde tidak hanya soal rasa, tetapi juga soal ikatan emosional.

 

Filosofi di Balik Bentuk Bulat

Makanan tradisional sering kali sarat makna filosofis, begitu pula dengan onde-onde. Bentuk bulatnya melambangkan kesempurnaan dan keutuhan. Sementara biji wijen yang bertaburan di permukaannya dianggap sebagai simbol kemakmuran, karena jumlahnya yang banyak diibaratkan sebagai harapan akan rezeki yang melimpah.

Selain itu, isian kacang hijau yang manis dan lembut juga menyimpan pesan bahwa kehidupan hendaknya tidak hanya indah di luar, tetapi juga penuh kebaikan di dalam. Filosofi simpel ini membuat onde-onde mempunyai kedalaman arti melampaui statusnya selaku semata-mata jajanan pasar.

 

Onde-Onde dalam Perayaan dan Tradisi

Tak lengkap rasanya membicarakan onde-onde tanpa menyebutkan peranannya dalam berbagai momen istimewa. Di Mojokerto, onde-onde kerap hadir dalam hajatan keluarga, acara adat, hingga perayaan besar. Bahkan, pemerintah daerah kerap menjadikan onde-onde sebagai suguhan resmi dalam acara kenegaraan maupun penyambutan tamu penting.

Momen yang tidak kalah menarik merupakan kala ratusan sampai ribuan onde-onde disajikan dalam festival kuliner. Pemandangan tumpukan onde-onde berukuran besar, bahkan kadang dibuat raksasa, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Festival semacam ini tidak cuma menguatkan citra Mojokerto selaku Kota Onde-Onde, namun pula jadi ajang promosi budaya lokal.

  

Baca Juga:Onde-Onde Surabaya Manis Legit yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu

 

Eksistensi di Tengah Modernisasi

Di era modern, kuliner tradisional sering kali tergeser oleh makanan instan atau tren baru. Namun, onde-onde Mojokerto justru tetap bertahan. Bahkan, sejumlah inovasi turut dilakukan tanpa meninggalkan cita rasa aslinya.

Beberapa produsen kini mencoba menghadirkan variasi rasa seperti cokelat, keju, hingga durian. Walaupun demikian, onde-onde klasik dengan isi kacang hijau senantiasa jadi primadona. Kekuatan nostalgia dan cita rasa yang autentik membuatnya sulit digantikan.

Lebih jauh, terdapat pula upaya buat memperpanjang energi tahan onde-onde supaya dapat menjangkau pasar lebih luas. Teknologi pangan mulai dilibatkan, misalnya dengan penggunaan pengemasan modern agar onde-onde tetap segar tanpa bahan pengawet. Hal ini penting mengingat permintaan dari luar kota hingga luar negeri terus meningkat.

 

Oleh-Oleh Wajib dari Mojokerto

Tak afdol rasanya berkunjung ke Mojokerto tanpa membawa pulang onde-onde. Hampir di setiap sudut kota, Anda bisa menemukan toko oleh-oleh yang menjual kudapan ini. Biasanya, wisatawan membeli dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada keluarga, kerabat, atau rekan kerja.

Biayanya yang relatif terjangkau menjadikan onde-onde opsi oleh-oleh kesukaan Ditambah lagi, ukurannya yang instan mempermudah buat dibawa dalam ekspedisi Tidak kelewatan bila diucap kalau onde-onde merupakan buah tangan harus dari Mojokerto, sebagaimana bakpia buat Yogyakarta ataupun lapis legit buat Surabaya.

 

Baca Juga : Makanan Khas Mojokerto yang Wajib Dicoba: Cita Rasa Autentik Jawa Timur

Identitas Kuliner yang Mendunia

Menariknya, pamor onde-onde tidak hanya berhenti di tingkat lokal. Berbagai liputan media, festival kuliner, hingga cerita para wisatawan menjadikan onde-onde semakin dikenal luas. Bahkan, sejumlah diaspora Indonesia kerap memperkenalkan onde-onde sebagai bagian dari identitas kuliner Nusantara di mancanegara.

Mojokerto pantas besar hati sebab dari kota yang relatif kecil ini lahir suatu ikon kuliner yang saat ini mendunia. Citra positif ini tidak hanya berdampak pada sektor pariwisata, tetapi juga ekonomi masyarakat. Banyak UMKM yang menggantungkan hidup dari produksi onde-onde, mulai dari skala rumahan hingga pabrik skala besar.


 

Onde-onde Mojokerto bukan sekadar makanan ringan. Ia adalah simbol budaya, sejarah, sekaligus kebanggaan masyarakat. Dari bentuknya yang sederhana, kita bisa melihat filosofi hidup yang dalam. Dari proses pembuatannya, kita belajar tentang konsistensi menjaga kualitas. Dari popularitasnya, kita menyaksikan bagaimana tradisi bisa bertahan sekaligus beradaptasi dengan zaman.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa onde-onde adalah wajah Mojokerto. Selama kudapan ini terus dibuat, dikembangkan, dan dijaga, maka selama itu pula nama Mojokerto akan selalu teringat dalam benak siapa pun yang mendengar kata “onde-onde”.


Penulis : Wilda Maulidia (lid)

Posting Komentar

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang