Lapis Surabaya vs Spikoe, Apa Bedanya?

Daftar Isi

 

Lapis Surabaya vs Spikoe, Apa Bedanya?

SERBATAU - Kalau kita bicara soal kue klasik dari Jawa Timur, nama Lapis Surabaya dan Spikoe hampir selalu muncul beriringan. Keduanya sama-sama manis, lembut, dan identik dengan lapisan kuning serta cokelat.

Tak heran banyak orang sering keliru, mengira keduanya adalah kue yang sama. Padahal, meskipun mirip dari tampilan, ada sejumlah perbedaan yang membuat Lapis Surabaya dan Spikoe punya karakter tersendiri.

Lantas, apa sebenarnya yang membedakan Lapis Surabaya dengan Spikoe? Mari kita telusuri sejarah, bahan, hingga cara penyajian keduanya.

 

Sekilas Sejarah: Dari Dapur Kolonial Hingga Ikon Kota

Kue lapis bercorak kuning-cokelat ini memiliki pangkal panjang semenjak masa kolonial Belanda. Pada dini abad ke-20, keluarga Belanda yang tinggal di Hindia Timur sering membuat bolu berlapis dengan formula tradisional Eropa. Resep itu kemudian diadaptasi oleh masyarakat lokal dengan bahan-bahan yang tersedia, jadilah kue lapis ala Surabaya.

Di sisi lain, nama Spikoe berasal dari bahasa Belanda “spekkoek” yang berarti kue lapis. Tipe Belanda yang diketahui merupakan lapis legit dengan banyak susunan tipis.

Namun di Surabaya, resep itu disederhanakan hanya menjadi tiga lapisan saja. Dari situlah istilah Spikoe populer, terutama setelah beberapa toko roti legendaris di Surabaya menjadikannya andalan sejak puluhan tahun lalu.

Sementara itu, Lapis Surabaya cenderung dikenal sebagai penyebutan lokal. Jadi sebenarnya, Spikoe bisa dibilang versi nama “Belanda”-nya, sedangkan Lapis Surabaya adalah versi “Indonesia”-nya. Namun, perbedaan tak hanya berhenti di nama saja.

 

Tampilan: Sama-Sama Tiga Lapisan, Tapi Detailnya Beda

Sekilas, keduanya memang mirip: bolu berlapis dengan kombinasi kuning telur dan cokelat. Biasanya terdiri dari tiga lapis dua lapis kuning di bagian atas dan bawah, serta satu lapis cokelat di tengah.

 

Namun, ada detail yang membedakan.

Lapis Surabaya biasanya tampil sederhana, polos tanpa tambahan apa pun. Teksturnya lembut, warnanya kuning terang dari banyak kuning telur, dan lapisan cokelatnya lebih tipis.

Spikoe sering kali lebih variatif. Beberapa toko menambahkan kismis, kayu manis, atau bahkan selai sebagai pemanis di antara lapisan. Karena itu, Spikoe kerap terlihat lebih “mewah” dibanding Lapis Surabaya yang sederhana.

Perbandingan kecil inilah yang kadangkala membuat orang dapat menduga jika polos umumnya Lapis Surabaya, jika terdapat bonus rasa ataupun isian mungkin besar Spikoe.

 

Bahan Dasar: Sama-Sama Kaya Telur, Tapi Versinya Berbeda

Baik Spikoe maupun Lapis Surabaya sama-sama terkenal sebagai kue yang menggunakan banyak sekali telur. Bahkan dalam satu resep ukuran besar, jumlah kuning telur bisa mencapai lebih dari 20 butir. Inilah yang membuat teksturnya sangat lembut sekaligus beraroma khas.

Lapis Surabaya biasanya memakai bahan utama berupa mentega, tepung terigu, gula, dan kuning telur dalam jumlah besar. Lapisan cokelatnya dibuat dari tambahan bubuk kakao atau cokelat leleh.

Spikoe memiliki komposisi nyaris sama, tetapi kerap kali ditambahkan bahan lain semacam kayu manis bubuk, pala, ataupun rempah ringan buat berikan sentuhan khas. Bahkan beberapa resep tradisional juga menambahkan rhum sebagai perisa.

Jadi meskipun mirip, bahan tambahan itulah yang membuat Spikoe terasa lebih kompleks dibanding Lapis Surabaya yang cenderung sederhana.

 

Baca JugaAlmond Crispy Oleh-Oleh Kekinian Khas Surabaya Favorit Wisatawan

Tekstur dan Rasa: Mana yang Lebih Lembut?

Kalau soal tekstur, keduanya sama-sama lembut dan empuk. Namun ada sedikit perbedaan nuansa:

·       Lapis Surabaya lebih terasa “fluffy” karena fokus pada bolu telur yang ringan. Rasa manisnya tidak terlalu tajam, lebih ke arah gurih-manis dari perpaduan mentega dan telur.

·       Spikoe memiliki cita rasa lebih kaya, sedikit lebih padat, serta aromanya lebih wangi sebab terdapatnya bonus kayu manis ataupun kismis.

Karena itu, banyak orang bilang Lapis Surabaya cocok untuk mereka yang suka rasa klasik dan sederhana, sedangkan Spikoe lebih pas untuk lidah yang mencari variasi rasa.

 

Cara Penyajian: Hadir di Meja Spesial

Meski berbeda nama, keduanya punya kesamaan sebagai kue istimewa yang tidak selalu hadir setiap hari. Dahulu, baik Spikoe maupun Lapis Surabaya hanya dibuat untuk acara besar seperti perayaan keluarga, pesta, atau oleh-oleh khusus.

Lapis Surabaya umumnya dipotong persegi panjang, disajikan begitu saja tanpa bonus topping.

Spikoe lebih kerap dijual dalam kemasan kotak apik lengkap dengan hiasan kertas minyak khas toko roti lawas. Bahkan kini, Spikoe kerap dijadikan oleh-oleh khas Surabaya dengan merek-merek legendaris yang sudah puluhan tahun bertahan.

Jadi bisa dibilang, Lapis Surabaya lebih sering ditemukan di meja rumah tangga, sementara Spikoe identik dengan toko roti dan oleh-oleh.

 

Popularitas di Masa Kini: Ikon Kuliner Surabaya

Hari ini, baik Lapis Surabaya maupun Spikoe sama-sama menjadi ikon kuliner kota Surabaya. Banyak wisatawan sengaja memburu kue ini sebagai buah tangan.

Apalagi sebagian toko Spikoe telah beroperasi semenjak puluhan tahun kemudian serta senantiasa eksis sampai saat ini bersaing dengan merek-merek kue modern.

Sedangkan Lapis Surabaya pula masih bertahan, walaupun tidak sering dijual massal di toko roti. Biasanya dibuat oleh ibu rumah tangga atau produsen rumahan dengan resep turun-temurun.

Menariknya, popularitas Spikoe justru makin melejit karena kemasan dan branding yang kuat. Nama Spikoe kini lebih melekat di telinga wisatawan dibanding Lapis Surabaya, meskipun keduanya punya akar yang sama.

 

Baca Juga:Sejarah Spikoe Resep Kuno yang Jadi Ikon Surabaya

Jadi, Spikoe dan Lapis Surabaya Itu Sama atau Beda?

Jika ditarik garis besar, sesungguhnya Spikoe serta Lapis Surabaya merupakan 2 sisi dari kue yang sama. Bedanya hanya ada pada detail: bahan tambahan, cara penyajian, serta nama yang melekat.

·       Lapis Surabaya versi sederhana, polos, khas rumahan, fokus pada kelembutan bolu telur.

·       Spikoe tipe menyesuaikan diri Belanda, lebih variatif dengan bonus rasa, terkenal melalui toko roti legendaris.

Dengan kata lain, kalau Anda membeli di toko roti besar di Surabaya, kemungkinan besar Anda akan menemukan Spikoe. Tapi kalau Anda mencicipi kue buatan rumah atau resep keluarga Jawa Timur, bisa jadi itu Lapis Surabaya.

 

Meski kerap membuat bingung, perbedaan antara Lapis Surabaya dan Spikoe justru menjadi bagian dari daya tariknya. Dua nama, dua versi, namun sama-sama mewakili kekayaan kuliner Surabaya yang lahir dari perpaduan budaya lokal dan kolonial.

Jadi, lain kali ketika Anda disuguhi bolu tiga lapis berwarna kuning-cokelat, coba perhatikan detailnya. Bisa jadi itu Lapis Surabaya yang sederhana namun lembut, atau Spikoe yang kaya rasa dan sarat sejarah.


Penulis : Wilda Maulidia (lid)

Posting Komentar

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang