Transformasi Pendidikan Indonesia: Kurikulum Merdeka vs Kurikulum 2013
![]() |
Perbandingan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka |
SERBATAU
- Perubahan dalam dunia pendidikan bukan sekadar revisi
administrasi. Setiap kurikulum mencerminkan arah kebijakan bangsa dalam
mencerdaskan generasi penerus. Di tengah tantangan era digital dan pasca
pandemi, pemerintah memperkenalkan Kurikulum Merdeka sebagai bentuk
pembaruan dari Kurikulum 2013. Lalu, apa sebenarnya perbedaan mendasar
keduanya? Dan sejauh mana perubahan ini berdampak?
Kita
akan mengulas perbandingan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013 dari berbagai
aspek: pendekatan, peran guru, sistem penilaian, fleksibilitas, hingga
tantangannya dalam praktik nyata.
Sekilas
Tentang Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka
Kurikulum
2013 (K-13)
Diluncurkan
sebagai bagian dari reformasi pendidikan nasional, Kurikulum 2013
menitikberatkan pada pembentukan karakter, logika saintifik, dan penguatan
kompetensi dasar. Pembelajaran dirancang sistematis melalui pendekatan scientific
learning.
Fokus:
Membangun siswa aktif, religius, serta logis dalam pola
pikir.
Kurikulum
Merdeka (KM)
Sementara
itu, Kurikulum Merdeka muncul sebagai respon atas keterbatasan
pembelajaran selama pandemi. Kurikulum ini mendorong pembelajaran yang
fleksibel, diferensiatif, dan berbasis pada minat serta bakat siswa.
Kutipan
Kemendikbudristek: “Kurikulum Merdeka memberi ruang kebebasan belajar sesuai
konteks sekolah dan karakter siswa.”
Perbedaan
Utama Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013
Pendekatan
Pembelajaran
- Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik—mulai dari
mengamati, menanya, mencoba, menalar, hingga mengomunikasikan.
- Kurikulum
Merdeka memakai
pendekatan berbasis proyek (project-based learning), yang mendorong
kolaborasi dan kreativitas.
Contoh: Proyek membuat “eco-brick” dari limbah plastik atau
festival budaya antar kelas.
Peran
Guru dan Siswa
- Di K-13,
guru menjadi pusat pembelajaran. Siswa lebih banyak mengikuti alur
pembelajaran yang ditetapkan.
- Di KM,
guru bertindak sebagai fasilitator, sementara siswa menentukan cara
belajar sesuai gaya mereka.
Data:
Riset Balitbang menunjukkan keterlibatan aktif siswa meningkat 30% di sekolah
yang menerapkan Kurikulum Merdeka.
Struktur
Kurikulum dan Capaian Pembelajaran
- K-13 memanfaatkan
Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar (KI-KD) yang seragam per jenjang
kelas.
- KM memakai Capaian Pembelajaran (CP) per fase
perkembangan, bukan kelas.
Ilustrasi: Siswa kelas 3–4 SD berada di fase B, memungkinkan
pengembangan CP yang lebih luwes.
Sistem
Penilaian
- K-13 menekankan penilaian sumatif dengan angka dan
deskripsi capaian.
- KM fokus pada penilaian formatif seperti observasi,
umpan balik, dan portofolio siswa.
Tips: Gunakan rubrik penilaian berbasis proyek untuk
refleksi pembelajaran siswa.
Fleksibilitas
Implementasi
- K-13 bersifat seragam nasional.
- KM KM memberi opsi jalur
implementasi: mandiri belajar, mandiri berubah, ataupun mandiri berbagi.
Fakta: Sampai 2024, lebih dari 140.000 sekolah sudah terdaftar sebagai
pelaksana Kurikulum Merdeka (sumber: kemdikbud.go.id).
Kelebihan
dan Tantangan Kurikulum Merdeka
Kelebihan
Kurikulum Merdeka
- Pembelajaran lebih
personal serta cocok atensi siswa.
- Penguatan
karakter melalui konteks nyata di lingkungan sekitar.
- Materi lebih
ringkas, mendalam, dan relevan.
Tantangan
Implementasi
- Guru harus
siap merancang kegiatan berbasis proyek.
- Masih terdapat
kesenjangan infrastruktur serta akses teknologi.
- Tidak semua
guru telah mendapat pelatihan Kurikulum Merdeka secara menyeluruh.
Insight
tambahan: “Sebagai guru, saya harus
benar-benar belajar ulang cara mendesain aktivitas belajar. Tapi hasilnya,
anak-anak jadi lebih semangat belajar.” — (Wawancara guru SD di Surabaya)
Apa
yang Harus Disiapkan oleh Sekolah dan Guru?
Adaptasi
Mindset
Guru butuh
bertransformasi jadi pasangan belajar”, bukan semata-mata pengajar modul.
Perangkat
Ajar dan Pelatihan
Sekolah
memerlukan dukungan modul ajar, asesmen alternatif, serta pelatihan guru secara
berkelanjutan dari dinas pendidikan.
Kolaborasi
dengan Orang Tua
Orang
tua perlu mendukung gaya belajar anak di rumah, memahami bahwa hasil belajar
kini tidak selalu diukur dari nilai akhir.
Menuju
Pendidikan yang Lebih Relevan dan Manusiawi
Transformasi dari
Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka bukan cuma soal mengubah format
pembelajaran. Ini adalah lompatan menuju
sistem pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan menghargai keunikan setiap
anak.
Akan tetapi
keberhasilan Kurikulum Merdeka sangat tergantung pada kerja sama antara
pemerintah, sekolah, guru, serta orang tua.
Kini saatnya seluruh ekosistem pendidikan membuka diri dan tumbuh bersama,
menciptakan generasi pembelajar yang merdeka, adaptif, dan berdaya.