Menyusuri Kota Tua Sumenep, Memasuki Ruang Waktu Masa Lampau
SERBATAU - Di ujung
timur Pulau Madura, tersimpan sebuah kawasan yang seakan tak lekang oleh waktu.
Kota Tua Sumenep bukan hanya sekumpulan bangunan tua yang berdiri
membisu, melainkan ruang hidup yang merekam jejak panjang sejarah kerajaan,
perdagangan, dan kebudayaan lokal. Ketika menjejakkan kaki di sini, suasana
masa lalu seakan menyelimuti langkah: aroma laut, dinding kusam bangunan
kolonial, dan getar kehidupan masyarakat yang tetap bertahan di tengah
perubahan zaman.
Sumenep
sejak dahulu merupakan pusat pemerintahan kerajaan Madura bagian timur. Di sinilah
kebudayaan tumbuh subur, bertemu dan berpadu dengan pengaruh Arab, Melayu,
Eropa, dan Jawa. Maka tak heran jika kota ini menghadirkan atmosfer unik—modern
dan tradisional berjalan berdampingan tanpa saling meniadakan.
Kota Tua Sumenep dan Jejak Kerajaan Madura
Kerajaan
Sumenep pernah berdiri sebagai salah satu pusat kekuasaan penting di Madura.
Letaknya yang strategis menjadikannya poros perdagangan laut di masa silam.
Sejak abad ke-13, para penguasa Sumenep membangun struktur pemerintahan dan
kebudayaan yang kuat, diwariskan dari generasi ke generasi hingga era kolonial.
Di Kota
Tua, Anda akan menemukan berbagai peninggalan yang masih berdiri tegap: keraton
yang megah, masjid berarsitektur khas, benteng kecil, permukiman kuno, hingga
taman-taman sederhana yang menjadi saksi perjalanan panjang Sumenep.
Identitas
sejarah itu pula yang membuat kawasan ini begitu menarik untuk ditelusuri.
Setiap sudutnya membawa cerita: tentang masa kejayaan kerajaan, tentang
masyarakat yang hidup berdampingan dengan budaya luar, dan tentang bagaimana
Sumenep memaknai waktu.
Menelusuri Ikon-Ikon Kota Tua Sumenep
Keraton Sumenep: Pusat Pemerintahan dan Kebudayaan
Keraton
Sumenep adalah ikon utama Kota Tua. Bangunannya merupakan perpaduan arsitektur
Jawa, Madura, Belanda, dan Tiongkok. Pilar-pilarnya kokoh dengan ukiran halus
yang menandakan tingginya estetika para penguasa saat itu.
Di dalam
kompleks keraton terdapat museum yang menyimpan benda pusaka kerajaan. Setiap
ruang menghadirkan ketenangan, seakan mengajak pengunjung merenungi perjalanan
panjang para adipati yang membangun Sumenep.
Keraton
bukan sekadar bangunan, melainkan simbol kejayaan masa lalu yang masih menjadi
pusat aktivitas budaya hingga hari ini.
Masjid Jamik Sumenep: Simbol Kesucian dan Harmoni Arsitektur
Tidak
jauh dari keraton, berdiri Masjid Jamik Sumenep yang telah menjadi landmark
kota sejak abad ke-18. Masjid ini memadukan sentuhan Arab, China, dan Eropa,
menghasilkan bentuk bangunan yang unik dan megah.
Pintu
gerbang masjid—dengan ornamen khas Madura—seolah menjadi gerbang waktu yang
mengantar pengunjung pada suasana religius yang kental.
Pada
jam-jam tertentu, saat cahaya matahari jatuh pada lengkungan jendela, bayangan
pilar masjid tampak seolah melukiskan garis-garis tradisi yang tak pernah
padam. Di sinilah Sumenep menunjukkan bagaimana harmoni budaya diwujudkan dalam
ruang ibadah yang tetap hidup dan ramai hingga hari ini.
Labang Mesem: Simbol Keramahan Kerajaan
Labang
Mesem atau “Pintu Tersenyum” merupakan gerbang keraton yang memiliki makna tersendiri.
Nama “mesem”—yang berarti tersenyum—diciptakan untuk menggambarkan sikap ramah
dan bersahabat penguasa terhadap rakyat dan pedagang luar yang berkunjung.
Bentuknya
sederhana tetapi sarat filosofi. Ketika melaluinya, Anda seolah dibawa ke masa
ketika kerajaan Sumenep menjadi pusat diplomasi dan kebudayaan yang dihormati
di Madura.
Kota Tua Kalianget: Jejak Kota Modern Pertama di Madura
Tak
lengkap menjelajah Kota Tua Sumenep tanpa mengunjungi Kalianget—kota
modern pertama di Madura pada masa kolonial. Kawasan ini dahulu menjadi pusat
industri garam dan pelabuhan utama. Bangunan-bangunan Belanda seperti kantor
administrasi, rumah dinas, dan gudang penyimpanan masih tegak, meski sebagian
mulai termakan usia.
Atmosfer
Kalianget begitu kuat: sunyi, klasik, dan memikat. Jalan-jalan tua dan
pohon-pohon besar memberikan kesan seolah Anda sedang melintasi kota kecil di
Eropa pada awal abad ke-20, hanya saja dengan nuansa pesisir Madura yang khas.
Permukiman Tua dan Gang-Gang Bersejarah
Di antara
ikon-ikon besar itu, permukiman warga di Kota Tua juga memegang peran penting.
Rumah-rumah tua dengan dinding tebal, jendela kayu lebar, dan pekarangan kecil
mencerminkan gaya hidup masyarakat lama.
Gang-gang
sempit menjadi jalur bagi pedagang kecil, para sesepuh, dan anak-anak yang
berlarian. Kehidupan di sini bergerak perlahan, seolah mengikuti ritme kota
yang mempertahankan kesederhanaan.
Perpaduan Budaya: Sumenep sebagai Ruang Pertemuan
Jika
diperhatikan, arsitektur Kota Tua Sumenep mencerminkan pertemuan budaya yang
sangat kaya. Ini tidak hanya terlihat melalui bangunan keraton atau masjid,
tetapi juga dari tata ruang kota dan kehidupan masyarakatnya.
Pengaruh
Arab hadir dari jalur dakwah dan perdagangan. Pengaruh Eropa datang melalui
masa kolonial. Sementara itu, sentuhan Tiongkok terlihat pada warna-warna cerah
dan detail ukiran. Semua itu bersatu tanpa saling menegasikan.
Tidak
heran jika Sumenep kerap disebut sebagai kota yang merawat keberagaman melalui
warisan sejarahnya.
Kota Tua Sumenep dalam Kehidupan Masyarakat Kini
Meski
banyak bangunan tua, Kota Tua Sumenep bukanlah museum mati. Sebaliknya, kawasan
ini masih menjadi ruang hidup bagi masyarakat lokal.
Pasar
tradisional yang tetap ramai, pedagang kaki lima di sekitar alun-alun, warga
yang duduk santai di teras rumah tua, hingga kegiatan budaya yang rutin digelar
di keraton menjadi bukti bahwa sejarah bukan hanya kenangan, tetapi bagian dari
keseharian.
Di
sinilah kekuatan Sumenep tampak: mampu mempertahankan warisan leluhur tanpa
menutup diri terhadap kemajuan zaman.
Tips Berkunjung ke Kota Tua Sumenep
Agar
perjalanan semakin nyaman dan bermakna, berikut beberapa tips:
- Datang pagi atau sore, saat cuaca lebih sejuk dan
pencahayaan lebih indah untuk fotografi.
- Hormati kawasan ibadah seperti masjid, terutama saat
jam salat.
- Gunakan pakaian sopan ketika memasuki area
keraton.
- Siapkan waktu 3–4 jam, karena banyak sudut
menarik yang layak dikunjungi.
- Ajak pemandu lokal, agar mendapatkan cerita
historis yang lebih detail.
Menyentuh Warisan yang Masih Bernapas
Kota Tua
Sumenep adalah ruang yang mempersatukan masa lalu dan masa kini. Setiap langkah
membawa kita pada jejak sejarah kerajaan Madura, pada kisah-kisah manusia yang
membangun kehidupan dengan penuh kearifan, dan pada warisan yang disuguhkan
tanpa kehilangan identitas.
Mengunjungi
Kota Tua bukan sekadar wisata sejarah—melainkan perjalanan batin untuk mengenal
akar budaya, memahami dinamika masyarakat, dan merayakan ricikan kecil dari
peradaban yang masih berdenyut hingga hari ini.
1. Apa saja landmark utama yang wajib dikunjungi di Kota Tua Sumenep?
Landmark
yang wajib dikunjungi adalah Keraton Sumenep, Masjid Jamik, Labang Mesem,
kawasan Kota Tua Kalianget, serta permukiman tua di sekitar alun-alun.
2. Apakah kawasan Kota Tua Sumenep cocok untuk wisata keluarga?
Sangat
cocok. Kawasannya aman, banyak spot edukatif, dan mudah dijangkau. Anak-anak
juga dapat belajar sejarah secara langsung melalui bangunan dan aktivitas
budaya yang masih lestari.
.webp)

Posting Komentar