Jelajahi 5 Wisata Religi di Sumenep yang Sarat Makna dan Sejarah

Table of Contents
wisata religi di Sumenep, Madura, menampilkan arsitektur bersejarah Masjid Jamik Sumenep dan kompleks makam Asta Tinggi.

SERBATAU - Kabupaten Sumenep di ujung timur Pulau Madura tidak hanya memikat dengan panorama pantainya yang eksotis, tetapi juga menyimpan kisah spiritual yang kental. Di balik hiruk-pikuk pasar tradisional dan aroma sate madura yang menggoda, ada jejak sejarah yang terpatri dalam wisata religi di Sumenep.
Tempat-tempat ini bukan sekadar lokasi berziarah, melainkan ruang refleksi untuk mengenang para tokoh penyebar Islam dan raja-raja bijaksana yang membangun peradaban di tanah Madura.

Bagi kamu yang ingin menapaki perjalanan rohani sambil menikmati keindahan arsitektur dan budaya, berikut lima wisata religi di Sumenep yang sarat makna dan sejarah.


 1. Masjid Agung Sumenep – Simbol Kebesaran Islam di Ujung Timur Madura

Tak lengkap rasanya berbicara tentang wisata religi Sumenep tanpa menyebut Masjid Agung Sumenep. Berdiri megah di pusat kota, masjid ini menjadi ikon sekaligus saksi bisu perjalanan Islam di Madura.

Masjid ini dibangun pada abad ke-18 oleh Panembahan Somala, keturunan raja Sumenep, dengan bantuan arsitek Tionghoa bernama Lauw Piango. Arsitekturnya memadukan unsur Arab, Eropa, dan Tionghoa, mencerminkan keberagaman yang harmonis di masa lalu. Dinding berwarna kuning keemasan dan gerbang utama yang megah menambah aura sakral tempat ini.

Selain digunakan untuk salat berjamaah, masjid ini juga menjadi pusat kegiatan keagamaan seperti pengajian dan peringatan Maulid Nabi. Saat bulan Ramadan tiba, suasananya semakin semarak dengan kegiatan tadarus dan buka bersama warga sekitar.


 2. Asta Tinggi – Makam Raja-Raja Sumenep yang Megah di Atas Bukit

Selanjutnya, ada Asta Tinggi, kompleks pemakaman para raja dan bangsawan Sumenep. Berada di sebuah perbukitan di Desa Kebonagung, lokasi ini menawarkan pemandangan indah sekaligus ketenangan yang mendalam.

Nama “Asta Tinggi” sendiri berarti “makam di tempat tinggi”. Tempat ini menjadi salah satu tujuan ziarah paling populer di Madura. Arsitekturnya menawan, dengan gerbang besar, ukiran khas Madura, dan nuansa putih yang mendominasi.

Setiap hari, terutama menjelang Ramadan dan bulan Maulid, ratusan peziarah datang untuk berdoa dan mengenang jasa para leluhur. Tidak sedikit yang mengaku merasakan kedamaian luar biasa saat berada di sini — seolah waktu berhenti di tengah hembusan angin bukit yang tenang.


 3. Masjid Laju – Saksi Awal Penyebaran Islam di Sumenep

Sebelum Masjid Agung berdiri, Masjid Laju telah lebih dulu menjadi tempat ibadah umat Islam di Sumenep. Dibangun pada masa pemerintahan Bindara Saod, masjid ini dipercaya sebagai yang tertua di wilayah tersebut.

Berbeda dengan Masjid Agung yang megah, Masjid Laju tampil sederhana dengan dominasi kayu dan dinding putih polos. Namun, di balik kesederhanaannya tersimpan kisah besar tentang awal mula Islam menyebar di tanah Madura.

Hingga kini, Masjid Laju masih aktif digunakan masyarakat sekitar. Tak jarang, para wisatawan datang hanya untuk menikmati keheningan dan merenungkan sejarah panjangnya. Bagi sebagian orang, tempat ini menjadi simbol kesederhanaan dalam beribadah — kecil, tenang, namun penuh makna.


 4. Asta Yusuf dan Asta Katandur – Jejak Para Penyebar Islam di Madura

Dua situs religi lain yang tak kalah penting adalah Asta Yusuf dan Asta Katandur. Keduanya merupakan makam tokoh ulama besar yang berjasa menyebarkan Islam di Madura bagian timur.

Asta Yusuf terletak di Desa Talango, sedangkan Asta Katandur berada di daerah Bangkal. Keduanya ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, terutama saat bulan Maulid dan menjelang Ramadan. Tradisi nyekar atau berziarah dengan membawa bunga dan doa menjadi pemandangan khas di lokasi ini.

Masyarakat setempat percaya, berziarah ke kedua asta ini bukan hanya untuk mendoakan leluhur, tetapi juga untuk mencari ketenangan hati dan memperkuat iman.


 5. Pesarean Panaongan – Asta Sayyid Abdurrahman yang Menenangkan Jiwa

Terakhir, ada Pesarean Panaongan, tempat dimakamkannya Sayyid Abdurrahman, seorang ulama yang sangat dihormati di Sumenep. Terletak di kawasan Panaongan, Ganding, lokasi ini dikelilingi pepohonan rindang dan suasana yang hening.

Tempat ini sering disebut sebagai “oase spiritual” bagi para pencari kedamaian. Banyak peziarah datang bukan hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk menenangkan pikiran dari hiruk-pikuk dunia. Warga sekitar bahkan percaya, doa yang dipanjatkan di sini membawa ketenangan batin tersendiri.


Wisata Religi yang Menyentuh Hati dan Menyimpan Nilai Sejarah

Menjelajahi wisata religi di Sumenep bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan batin. Setiap masjid, asta, dan pesarean menyimpan kisah tentang keimanan, perjuangan, dan kebijaksanaan para tokoh terdahulu.

Keindahan arsitektur berpadu dengan ketenangan spiritual menjadikan Sumenep destinasi yang unik — tempat di mana sejarah, budaya, dan religi bertemu dalam harmoni.

Jika suatu hari kamu berkesempatan mengunjungi Madura, sempatkanlah melangkah ke tempat-tempat ini. Siapa tahu, selain menemukan keindahan sejarah, kamu juga menemukan makna baru tentang kehidupan.


1. Kapan waktu terbaik untuk berkunjung ke wisata religi di Sumenep?

Waktu terbaik adalah antara bulan Februari hingga Juni, ketika cuaca cenderung cerah dan tidak terlalu panas. Jika ingin merasakan suasana lebih sakral, datanglah pada bulan Maulid Nabi atau Ramadan.

2. Apa saja etika yang perlu dijaga saat berziarah?

Kenakan pakaian sopan, jaga kebersihan, hindari berbicara keras, dan hormati pengunjung lain. Beberapa lokasi juga meminta pengunjung untuk melepas alas kaki di area makam atau masjid sebagai tanda penghormatan.

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang