Kerupuk Upil Khas Mojokerto
SERBATAU - Ketika mendengar nama
“kerupuk upil”, sebagian orang mungkin akan tersenyum heran bahkan geli. Gimana
tidak, namanya terkesan unik serta sedikit nyeleneh.
Namun, di Mojokerto,
Jawa Timur, sebutan itu justru melekat pada salah satu camilan yang kini
menjadi oleh-oleh khas daerah. Dari bentuknya yang mungil, teksturnya yang
renyah, hingga sejarahnya yang berangkat dari dapur rakyat, kerupuk upil kini
menjelma sebagai identitas kuliner yang tak kalah populer dibanding onde-onde.
Asal-usul Nama yang Menggelitik
Nama kerupuk ini
memang jadi daya tarik Konon, sebutan “upil” timbul sebab wujud kerupuknya
kecil-kecil, bundar serta ringan, sehingga menegaskan pada suatu yang biasa
kita tahu sehari-hari.
Meski terdengar
jenaka, nama ini justru membuat orang mudah mengingatnya. Beberapa sumber
menyebutkan bahwa masyarakat Mojokerto sudah terbiasa dengan penyebutan itu
sejak lama, sehingga akhirnya menjadi nama resmi yang diwariskan lintas
generasi.
Tidak sedikit
wisatawan yang awalnya enggan mencicipi hanya karena namanya. Namun setelah
mencoba, rasa gurih dan renyahnya sering membuat mereka ketagihan. Nama yang
unik pun akhirnya berbalik menjadi daya tarik tersendiri dalam promosi kuliner
lokal Mojokerto.
Bahan Sederhana, Rasa Tak Terlupakan
Kerupuk upil terbuat
dari bahan dasar singkong. Proses pembuatannya sebenarnya mirip dengan kerupuk
lain, namun ada sentuhan khas yang membuat rasanya berbeda. Singkong diparut,
dibumbui dengan bawang putih, garam, serta sedikit ketumbar, kemudian diuleni
sampai tercampur rata. Sehabis itu adonan dicetak dalam wujud bundar mungil seukuran
biji kelereng dan dijemur di dasar terik matahari sampai kering.
Proses pengeringan
inilah yang menentukan kualitas kerupuk. Jika terlalu cepat, kerupuk bisa
kurang renyah saat digoreng. Namun bila pas, hasilnya adalah camilan ringan
dengan tekstur kriuk yang khas.
Tidak heran banyak
yang menyebut kerupuk ini sebagai teman paling cocok untuk makan nasi hangat,
sambal, atau sekadar kudapan saat santai.
Dari Dapur Rakyat ke Pasar Tradisional
Awalnya, kerupuk upil
hanyalah camilan rumahan yang dibuat untuk konsumsi sehari-hari. Namun,
popularitasnya mulai meningkat ketika para pedagang di pasar-pasar tradisional
Mojokerto melihat peluang. Karena bentuknya unik dan harganya terjangkau,
kerupuk ini cepat menarik perhatian pembeli.
Di beberapa desa,
terutama daerah pinggiran kota, produksi kerupuk upil bahkan sudah menjadi
industri rumah tangga. Para ibu rumah tangga membuatnya dalam jumlah besar
untuk kemudian dijual ke pasar atau dititipkan di warung-warung kecil. Dari
sinilah kerupuk upil perlahan menapaki jalannya sebagai oleh-oleh khas.
Identitas Kuliner Mojokerto
Kala berdialog tentang
kuliner Mojokerto, sebagian besar orang pasti langsung teringat onde-onde.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kerupuk upil ikut melengkapi daftar
oleh-oleh wajib dari kota ini. Bentuknya yang praktis dibawa, harga yang ramah
di kantong, serta daya tahan yang cukup lama membuat kerupuk ini digemari
wisatawan.
Saat ini nyaris di
tiap toko oleh-oleh Mojokerto, kita dapat menciptakan kerupuk upil dalam
bermacam kemasan. Ada yang dijual kiloan dalam plastik besar, ada pula yang
dikemas lebih modern dalam plastik berlabel dengan desain menarik. Transformasi
ini menunjukkan bagaimana sebuah camilan rakyat bisa beradaptasi dengan
kebutuhan zaman tanpa kehilangan keasliannya.
Sejarah di Balik Kerupuk Upil
Jika ditelisik lebih
jauh, kerupuk upil bukan hanya soal rasa. Camilan ini mencerminkan filosofi
hidup masyarakat Mojokerto yang sederhana namun penuh makna. Dari bahan yang
murah meriah semacam singkong, terbentuk santapan yang dapat dinikmati seluruh
golongan.
Dimensi kecilnya
seakan menggambarkan kalau kebahagiaan tidak senantiasa tiba dari hal-hal
besar.
Bahkan sesuatu yang sederhana bisa
menghadirkan kelezatan dan kebersamaan, terutama ketika dinikmati bersama
keluarga. Filosofi inilah yang membuat kerupuk upil tetap bertahan meski tren
kuliner modern terus bermunculan.
Popularitas di Era Media Sosial
Tak bisa dipungkiri,
perkembangan media sosial juga ikut mendorong popularitas kerupuk upil. Nama
yang unik sering dijadikan bahan candaan sekaligus daya tarik konten. Banyak
wisatawan yang dengan bangga memamerkan oleh-oleh ini di akun mereka, lengkap dengan
cerita pengalaman pertama mencoba.
Bahkan beberapa
influencer kuliner pernah membahas kerupuk upil sebagai contoh kuliner lokal
yang unik sekaligus lezat. Hal ini tentu semakin memperkuat posisinya sebagai
oleh-oleh ikonik Mojokerto.
Persaingan dengan Oleh-Oleh Lain
Meski dikenal luas,
kerupuk upil harus bersaing dengan berbagai oleh-oleh lain dari Mojokerto,
seperti onde-onde, kerajinan sepatu kulit, hingga camilan khas lainnya. Namun,
keberadaannya justru menambah keragaman pilihan bagi wisatawan.
Jika onde-onde
menghadirkan cita rasa manis legit, kerupuk upil menawarkan sensasi gurih
renyah. Perbedaan ini membuat keduanya saling melengkapi. Banyak wisatawan yang
akhirnya membeli keduanya sekaligus sebagai buah tangan untuk keluarga di
rumah.
Baca Juga : Jelajah Rasa Khas Mojokerto Panduan Kuliner Wajib Coba
Peran Industri Rumah Tangga
Salah satu hal menarik
dari kerupuk upil adalah bagaimana industri rumah tangga menjadi motor
penggeraknya. Banyak keluarga di Mojokerto yang menggantungkan ekonomi dari
produksi camilan ini. Dari skala kecil di dapur sederhana, mereka bisa
memasarkan hingga keluar kota.
Dukungan pemerintah
daerah pun tidak sedikit. Beberapa pelaku usaha kecil menengah (UKM) diberi
pelatihan untuk mengembangkan kemasan, meningkatkan kualitas produksi, dan
memperluas distribusi. Hasilnya, kerupuk upil kini tidak hanya bisa ditemukan
di Mojokerto, tapi juga di beberapa kota besar lain di Jawa Timur.
Masa Depan Kerupuk Upil
Di tengah gempuran
camilan modern, kerupuk upil justru punya peluang besar untuk terus eksis.
Kekuatan utamanya ada pada identitas lokal dan nilai nostalgia yang melekat.
Selama masyarakat Mojokerto terus menjaga tradisi ini, kerupuk upil akan tetap
menjadi kebanggaan daerah.
Ke depan, inovasi tentu tetap diperlukan. Misalnya, variasi rasa dengan tambahan bumbu pedas, balado, atau keju. Dengan cara ini, kerupuk upil bisa menjangkau generasi muda tanpa kehilangan jati dirinya sebagai camilan klasik.
Kerupuk upil Mojokerto
adalah bukti nyata bahwa makanan sederhana bisa menjelma menjadi ikon budaya.
Dari dapur rakyat hingga rak oleh-oleh, camilan mungil ini terus menghidupkan
cerita tentang kreativitas, kearifan lokal, dan kebersamaan.
Bagi Anda yang
berkunjung ke Mojokerto, jangan ragu membawa pulang sebungkus kerupuk upil.
Selain rasanya yang gurih dan renyah, Anda juga membawa serta jejak tradisi dan
kebanggaan masyarakat setempat.
Sebab, lebih dari
sekadar camilan, kerupuk upil adalah warisan kuliner yang mengajarkan kita
bahwa kesederhanaan bisa meninggalkan jejak panjang.