Ceramah Zakir Naik di Malang Tetap Digelar Meski Dihadang Penolakan

Daftar Isi
Ceramah Zakir di Malang

SERBATAU – Ceramah Dr.Zakir Naik akhirnya tetap dilaksanakan di Stadion Gajayana, Kota Malang, Rabu malam (10/7/2025), meskipun sempat diwarnai aksi penolakan dari berbagai elemen masyarakat. Pengamanan ketat oleh aparat berdiri di berbagai titik strategis, menjaga situasi agar tetap kondusif.

Penceramah asal India tersebut tiba di stadion sekitar pukul 19.00 WIB, langsung disambut lantunan takbir oleh para jemaah dan peserta yang sejak sore telah memadati tribun stadion. Sesuai tema ceramah, Zakir membahas hubungan antara ayat–ayat Al-Qur’an dan perkembangan ilmu pengetahuan modern, menyampaikan materi dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan simultan ke Bahasa Indonesia.


Penolakan Publik Sejak Awal Pekan

Tolakannya tidak muncul mendadak. Sejak awal pekan, suara keberatan telah terdengar. Kelompok seperti Arek Malang Bersuara dan Aliansi Warga Peduli Toleransi mengkhawatirkan konten ceramah Zakir yang dinilai berpotensi memecah belah.

Pada Senin (8/7/2025), perwakilan menempuh jalur formal dengan mendatangi gedung DPRD Kota Malang. “Kami menghormati kebebasan beragama, tapi jejak digital beliau memuat banyak pernyataan kontroversial,” kata Arif Rahman, koordinator aksi, dikutip dari DetikJatim. Mereka meminta kegiatan dikaji kembali agar tidak menimbulkan ketegangan sosial di kota yang dikenal plural ini.


Panitia Pastikan Materi Edukatif & Sudah Diperiksa

Menanggapinya, pihak panitia menyatakan secara terang bahwa ceramah Zakir bersifat edukatif dan sudah melalui proses verifikasi.

“Ceramah ini membahas ‘Nabi Muhammad dalam Perspektif Agama-Agama Dunia’, bukan materi provokatif,” jelas Hakim, panitia lokal Malang, melalui pernyataan resmi ke iNews.id. Dia menambahkan bahwa acara sudah mendapat rekomendasi dari kepolisian, FKUB, dan forkopimda setempat.

Panitia mempersiapkan sekitar 1.700 kursi dengan mekanisme pendaftaran daring, agar jumlah peserta dapat diatur dengan rapi. Selain itu juga disiapkan 300 relawan yang membantu mengatur masa, penerjemahan, dan teknis acara.


Pengamanan 250 Personel Gabungan

Sebagai langkah antisipatif, aparat keamanan menggandeng 250 personel dari berbagai korps: Polri, TNI, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan. Mereka melakukan pengamanan di area stadion, jalur masuk, dan titik rawan kerumunan.

Wakapolresta Malang Kota, AKBP Oskar Syamsuddin, menekankan, “Kami mengedepankan pendekatan humanis dalam pengamanan. Tujuan utama adalah menjamin keamanan dan kondusivitas acara, bukan menghalangi kegiatan ini.”

Pemantauan dilakukan dengan terbuka, termasuk penggunaan metal detector di pintu masuk. Petugas juga menerapkan protokol keamanan ekstra kala orang tua dan anak-anak hadir saat itu, memastikan tidak ada potensi gangguan.


Peringatan Ormas Besar: NU dan Muhammadiyah

Ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, ikut memberikan catatan penting.

Ketua PCNU Kota Malang, KH Anwar Kamil, mewanti-wanti masyarakat agar tidak mudah terbawa emosi dan merasa perlu membersihkan situasi secara damai: “Selama materi tidak menyinggung atau menghakimi, kita tak perlu mereaksinya secara negatif.”

Senada, Ketua PWM Muhammadiyah Jawa Timur, Prof. Saadullah Mahfudz, justru berharap ceramah semacam ini bisa menjadi dialog ilmiah antarpenting — sepanjang disampaikan dengan cara yang menyejukkan: “Perbedaan pendapat adalah hal biasa. Yang penting adalah bermanfaat, edukatif, dan mengajak, bukan menyinggung.”

Aksi Damai di Depan Stadion

Menjelang waktu ceramah, sekitar pukul 17.30 WIB, sekitar puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Warga Peduli Toleransi menggelar aksi damai di luar stadion. Mereka membawa poster bertuliskan “Malang Inklusi” dan “Jaga Keberagaman”.

Aksi tersebut berjalan tanpa insiden. Massa berdialog dengan petugas, menyampaikan aspirasi, lalu bubar secara tertib. “Kami hanya ingin memastikan keberadaban tetap terjaga. Malang adalah kota toleran,” ujar salah satu koordinator aksi, Siti Rohmah.

Petugas keamanan yang berada di lapangan memastikan lingkungan sekitar stadion aman, tanpa ada benturan antar-pendukung atau provokasi yang berlebihan.

 

Antusiasme Peserta Masih Sangat Tinggi

Di dalam stadion, suasana terasa khidmat. Kursi penuh, jemaah berdiri di area tribun dan lapangan. Berdasarkan data panitia, sekitar 7.000 orang hadir, termasuk pendukung dari luar daerah seperti Jember, Pasuruan, dan Surabaya.

“Saya sudah lama mengikuti ceramah beliau lewat YouTube. Ini kesempatan langka bisa datang langsung,” ungkap Fikri, peserta asal Lumajang. Kendati tidak semua peserta mendaftar secara resmi, banyak yang datang pagi hari untuk mendapatkan tempat.

Beberapa peserta mencatat poin-poin penting, terutama yang menyangkut korelasi antara wahyu Al-Qur’an dan perkembangan ilmu modern—sebuah inti dari tema “modern science” yang diangkat.


Isi Ceramah: Islam dan Sains dalam Harmoni

Dalam kesempatan tersebut, Dr.Zakir Naik mengutip sejumlah ayat Al-Qur’an yang menurutnya menjelaskan fenomena sains, seperti embrio, pembentukan awan, dan pasang surut lautan—topik seperti yang sering ia bawakan.

Zakir mengutip ungkapan terkenal:

“Science without religion is blind. Religion without science is lame.”
Ia menekankan bahwa ilmu dan wahyu seharusnya berjalan paralel, bukan saling menyangkal.

Setelah menyampaikan materi utama, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Topik yang muncul antara lain etika sains, sejarah ilmu pengetahuan Islam, dan bagaimana membangun dialog lintas agama dalam semangat saling menghormati.

Acara berakhir dengan doa bersama dan sesi foto massal peserta. Stadion Gajayana dikosongkan sekitar pukul 22.00 WIB dalam kondisi tertib dan aman.


Refleksi Akhir: Ruang Dialog di Era Keberagaman

Ceramah Zakir Naik di Malang bukan sekadar kegiatan dakwah; ia menjadi panggung bagi wacana keberagaman, toleransi, dan diplomasi agama. Meskipun sempat diwarnai penolakan, arus utama dialog tetap berlangsung damai—menandakan kematangan masyarakat dalam menyikapi perbedaan.

Indonesia yang majemuk ini memerlukan keseimbangan: ruang berekspresi dibuka seluas-luasnya, tetapi tetap dijaga agar tidak melukai persatuan. Kelompok yang menolak juga memberi pelajaran penting: aspirasi masyarakat harus didengar dan dijembatani, bukan diabaikan.


Posting Komentar

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang