Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dengan Negara-Negara Unggulan: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
SERBATAU
- Ketika membicarakan kemajuan sebuah negara, satu hal
yang tak bisa dilepaskan adalah kualitas sistem pendidikan. Pendidikan
bukan hanya tentang nilai akademik, tapi juga pembentukan karakter dan kesiapan
menghadapi dunia nyata. Indonesia, dengan segala keragamannya, terus melakukan
pembenahan lewat kebijakan seperti Kurikulum Merdeka. Namun, bagaimana jika
sistem ini kita bandingkan dengan negara-negara yang sudah lama dikenal unggul
di bidang pendidikan?
Tiga
negara yang sering dijadikan acuan adalah Finlandia, Jepang, dan Singapura.
Masing-masing punya pendekatan yang unik dan sesuai dengan konteks budayanya.
Lalu, di mana posisi Indonesia jika dibandingkan dengan mereka?
Sistem
Pendidikan Indonesia dan Dinamika Kurikulum Merdeka
Sejak
diperkenalkan pada 2022, Kurikulum Merdeka menjadi wajah baru sistem pendidikan
Indonesia. Filosofinya sederhana: memberi ruang kepada guru dan siswa untuk
belajar sesuai minat dan kemampuan masing-masing. Tidak lagi seragam, tidak
lagi kaku.
Namun,
dalam pelaksanaannya, kurikulum ini menghadapi sejumlah tantangan. Ketimpangan
antar wilayah, baik dari segi sumber daya guru maupun infrastruktur teknologi,
masih menjadi kendala. Menurut hasil PISA 2018, skor siswa Indonesia untuk
membaca, matematika, dan sains masih di bawah rata-rata OECD.
Meskipun
begitu, Kurikulum Merdeka bisa menjadi pijakan awal menuju pendidikan yang
lebih relevan—jika diikuti dengan pelatihan guru yang masif dan pemerataan
akses di semua daerah.
Studi
Perbandingan Sistem Pendidikan Internasional
Finlandia
– Sekolah Tanpa Stres, Hasil Tetap Impresif
Finlandia
adalah contoh bahwa pendidikan tidak harus keras untuk menjadi efektif. Di
sana, siswa baru mulai sekolah pada usia 7 tahun, tanpa ujian nasional, dan
nyaris tanpa PR. Suasana belajar dibuat santai namun bermakna. Fokusnya bukan
pada hafalan, tapi pada pengembangan karakter, kreativitas, dan kolaborasi.
Menariknya,
guru di Finlandia rata-rata bergelar master dan menjalani pelatihan yang ketat.
Profesi guru sangat dihargai—bahkan lebih tinggi dari insinyur atau dokter di
beberapa kota.
Jepang
– Kedisiplinan dan Nilai Sosial
Jepang
dikenal dengan sistem yang terstruktur, disiplin, dan penuh tanggung jawab
sosial. Selain pelajaran akademik, siswa terbiasa membersihkan ruang kelas,
menjaga ketertiban, dan mengikuti jadwal dengan ketat. Nilai-nilai seperti
kerja keras dan etika kerja tertanam sejak dini.
Namun,
sistem ini juga dikenal cukup ketat. Les tambahan (juku) adalah hal
umum, dan siswa menghadapi tekanan besar menjelang ujian masuk sekolah
lanjutan. Meski demikian, peran aktif orang tua dan komunitas sangat membantu
menjaga keseimbangan.
Singapura –
Struktur Ketat, Output Maksimal
Jika
bicara soal hasil, Singapura konsisten mencetak skor tertinggi di PISA.
Mereka menerapkan sistem yang sangat terukur, mulai dari penilaian berbasis
kompetensi hingga kurikulum bertingkat. Siswa diarahkan pada peminatan sejak
usia muda, memungkinkan mereka fokus dan bersaing dalam jalur yang sesuai.
Investasi
besar pemerintah pada pelatihan guru dan digitalisasi menjadi fondasi
keberhasilan mereka. Namun, sistem yang terlalu kompetitif ini juga mendapat
kritik karena kurangnya ruang untuk ekspresi dan kreativitas siswa.
Tabel
Perbandingan
Negara |
Fokus
Utama |
Kelebihan |
Tantangan |
Indonesia |
Kurikulum
Merdeka |
Fleksibilitas,
adaptif terhadap konteks |
Kesenjangan
infrastruktur dan SDM |
Finlandia |
Kesejahteraan
& kolaborasi |
Guru
profesional, suasana bebas tekanan |
Sulit
ditiru tanpa perubahan struktural |
Jepang |
Etika
sosial & disiplin |
Karakter
kuat, konsistensi budaya belajar |
Tekanan
akademik tinggi, kelelahan siswa |
Singapura |
Efisiensi
& kompetisi |
Skor
tinggi, sistem terukur |
Kreativitas
dan kesejahteraan kurang terjaga |
Pelajaran
dan Implikasi Bagi Indonesia
Lalu,
apa yang bisa diambil dari masing-masing negara? Indonesia tentu tak bisa
menyalin begitu saja sistem luar negeri. Tapi kita bisa mengadopsi
prinsip-prinsip utamanya:
- Dari Finlandia,
kita bisa belajar soal pentingnya mempercayai guru dan menciptakan
lingkungan belajar yang sehat.
- Dari Jepang,
nilai disiplin, tanggung jawab, dan peran komunitas bisa jadi inspirasi
pembentukan karakter siswa.
- Dari Singapura,
kita bisa meniru pendekatan sistematis dan investasi besar-besaran dalam
pengembangan guru serta digitalisasi pembelajaran.
Namun
semua itu butuh adaptasi lokal. Indonesia memiliki tantangan tersendiri: jumlah
penduduk yang besar, distribusi geografis luas, serta ketimpangan sumber daya.
Artinya, reformasi pendidikan tidak bisa berhenti di kurikulum. Ia harus
menyentuh ekosistem lebih luas, termasuk orang tua, pemerintah daerah, dan
dunia usaha.
Menuju
Sistem Pendidikan yang Relevan dan Inklusif
Setiap
sistem pendidikan dibentuk oleh konteks budayanya masing-masing. Tidak ada satu
model yang sempurna untuk semua negara. Yang terpenting bagi Indonesia adalah
terus mengkaji, menyempurnakan, dan menyesuaikan sistem yang ada agar selaras
dengan kebutuhan masa depan.
Kurikulum Merdeka adalah langkah awal. Tapi untuk benar-benar menghasilkan lulusan yang tangguh, kreatif, dan adaptif, kita perlu mengadopsi nilai-nilai global yang berhasil—tanpa kehilangan jati diri lokal.