Pakai Transportasi Umum Setiap Hari, Ini 5 Keuntungan yang Langsung Terasa
SERBATAU
- Jalanan padat, udara penuh polusi, dan biaya hidup
yang terus naik jadi potret sehari-hari banyak kota besar di Indonesia. Di
tengah situasi ini, imbauan untuk berpindah dari transportasi pribadi ke
transportasi umum kian nyaring terdengar. Tapi, ajakan ini bukan sekadar tren.
Di baliknya, ada sederet keuntungan yang tak cuma dirasakan individu, tapi juga
menyentuh ranah sosial dan lingkungan.
Hemat
Pengeluaran Harian, Lebih Bijak Finansial
Salah
satu keuntungan paling terasa saat beralih ke transportasi umum adalah penghematan
biaya. Jika dihitung secara teliti, pengeluaran rutin seperti bahan bakar,
parkir, servis berkala, hingga asuransi kendaraan bisa menguras dompet lebih
dari yang kita sadari.
Menurut studi dari ITDP Indonesia, pengguna moda umum seperti MRT, Transjakarta, dan KRL bisa menghemat hingga 35% dari total pengeluaran bulanan jika dibandingkan dengan pengguna kendaraan pribadi.
Mobilitas
Tanpa Stres, Produktivitas Justru Naik
Macet
bukan cuma bikin telat, tapi juga menyedot energi. Banyak pengguna mobil
pribadi mengaku merasa lelah bahkan sebelum tiba di kantor karena harus
berjibaku dengan kemacetan.
Transportasi
umum memberi alternatif yang lebih tenang. Dengan jadwal yang relatif pasti,
pengguna bisa memanfaatkan waktu perjalanan untuk membaca, bekerja, atau
sekadar mendengarkan musik.
Menekan
Emisi dan Polusi Udara
Transportasi
pribadi, terutama mobil dan motor berbahan bakar fosil, menyumbang porsi besar
dalam emisi karbon di wilayah perkotaan. Menurut KLHK, sekitar 25–30 persen
emisi CO₂ di kota besar berasal dari sektor transportasi.
Moda
transportasi umum seperti MRT dan LRT yang bertenaga listrik jelas lebih ramah
lingkungan. Semakin banyak orang yang berpindah ke moda ini, semakin besar pula
dampaknya dalam memperbaiki kualitas udara.
Transportasi
Umum untuk Kota yang Lebih Adil
Pindah
ke transportasi umum bukan hanya soal hemat dan praktis, tapi juga soal aksesibilitas
dan pemerataan infrastruktur. Ketika permintaan meningkat, pemerintah terdorong
untuk membangun jaringan transportasi yang lebih luas dan terjangkau.
Contohnya,
proyek JakLingko dan LRT Jabodebek memperluas jangkauan ke wilayah pinggiran
kota yang sebelumnya minim akses. Ini berarti warga di Cibubur, Bekasi, hingga
Bogor bisa menikmati mobilitas yang setara dengan mereka yang tinggal di pusat
kota.
Bukan
Cuma Bergerak, Tapi Juga Lebih Sehat
Tanpa disadari, penggunaan transportasi umum mendorong aktivitas fisik seperti berjalan kaki atau naik-turun tangga. Ini berkontribusi besar terhadap kebugaran harian, terutama bagi pekerja kantoran yang jarang bergerak.
Selain
itu, berjalan kaki membantu sirkulasi darah, mengurangi stres, dan meningkatkan
kualitas tidur. Sebuah efek samping positif yang patut dipertimbangkan.
Menuju
Masa Depan Mobilitas Berkelanjutan
Kota-kota
besar dunia seperti Tokyo, Seoul, dan Singapura telah membuktikan bahwa sistem
transportasi umum yang baik bisa menjadi tulang punggung mobilitas urban.
Jakarta, meski masih dalam tahap transisi, mulai menunjukkan arah yang sama.
Dengan
integrasi tarif, jadwal yang lebih teratur, dan pembangunan akses multimoda,
masa depan transportasi publik Indonesia makin menjanjikan.
Saatnya
Bergerak Bersama
Berpindah
dari kendaraan pribadi ke transportasi umum bukan soal idealisme semata. Ada keuntungan
praktis dan konkret yang bisa dirasakan sejak hari pertama. Lebih hemat, lebih
sehat, lebih ramah lingkungan—dan yang tak kalah penting, menjadi bagian dari
perubahan yang lebih besar.
Di tengah krisis iklim dan tantangan perkotaan, pilihan kita dalam mobilitas bisa menentukan arah kota dan bumi ke depan. Maka pertanyaannya bukan lagi “mau atau tidak”, tapi kapan kita mulai beralih?


Posting Komentar