Bus Bekas Transjakarta Terbakar di Rawa Buaya: Kenapa Bisa Terjadi?

Daftar Isi
Bus Bekas Transjakarta Terbakar di Rawa Buaya

SERBATAU - Kebakaran hebat terjadi di Pool Terminal Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, pada Selasa siang, 10 Juni 2025. Deretan bus bekas Transjakarta yang sudah tidak beroperasi menjadi korban amukan api, dengan sekitar 50 unit hangus terbakar dalam waktu singkat. 

Insiden ini memicu kekhawatiran publik, bukan hanya karena skala kebakaran, tapi juga soal bagaimana aset publik seperti bus dikelola pascaoperasional. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini?


Kronologi Kebakaran Bus Bekas Transjakarta

Kebakaran dilaporkan terjadi sekitar pukul 14.00 WIB. Api bermula dari proses pengelasan di area parkir bus yang kemudian memicu kebakaran hebat. Percikan api menimpa material mudah terbakar, seperti jok, ban, serta sisa bahan bakar yang masih tersisa di unit bekas. 

Cuaca panas ditambah angin kencang mempercepat penyebaran api ke puluhan kendaraan lain di sekitar lokasi.

"Kebakaran cepat menyebar karena material bus mudah terbakar. Sekitar 50 unit bus hangus sebelum api berhasil dipadamkan," ujar perwakilan BPBD DKI Jakarta dalam keterangan resminya.

Tidak terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi kerugian materiil diperkirakan lumayan besar. 

Beberapa mobil pemadam diterjunkan dan butuh lebih dari satu jam untuk mengendalikan api sepenuhnya.


Mengapa Bus-Bus Ini Masih Tersimpan di Pool?

Bus yang terbakar merupakan armada lama Transjakarta yang sudah tidak layak jalan. Umumnya, bus-bus ini menunggu proses pelelangan atau pemusnahan. Namun, banyak kendaraan dibiarkan terbengkalai selama bertahun-tahun karena kendala administratif.

Proses Birokrasi yang Berbelit

Bus yang tidak digunakan seharusnya segera diproses menjadi limbah atau dialihkan. Sayangnya, aset milik pemerintah tidak bisa sembarangan dihapuskan. 

Dalam beberapa kasus, kendaraan seperti ini masih tercatat sebagai aset aktif, sehingga pelelangan atau relokasi pun terkendala.


Kekosongan Regulasi Penanganan Aset

Belum adanya regulasi teknis yang cepat dan efisien dalam menangani kendaraan operasional yang sudah usang membuat tumpukan bus bekas seperti ini tak terhindarkan.

Menurut laporan audit BPK tahun sebelumnya, setidaknya terdapat ratusan armada Transjakarta yang belum memiliki kejelasan status pasca-dinonaktifkan.


Risiko Penyimpanan Bus Bekas di Area Terbuka

Menyimpan kendaraan dalam jumlah besar di ruang terbuka tanpa pengawasan adalah resep bencana.

Bahan Mudah Terbakar Jadi Ancaman Serius

Komponen bus seperti ban karet, busa jok, dan panel interior bersifat sangat mudah terbakar. Jika terkena percikan api—apalagi dalam cuaca panas—api bisa menyebar sangat cepat, seperti yang terjadi di Rawa Buaya.

Keamanan Longgar, Lingkungan Terancam

Lokasi penyimpanan tidak dilengkapi alat pemadam memadai, serta tidak ada petugas siaga. Selain itu, lingkungan sekitar juga terdampak—mulai dari asap tebal, potensi ledakan, hingga kecemasan warga sekitar.

Studi Perbandingan: Bagaimana Negara Lain Mengelola?

Negara seperti Singapura mempunyai pusat daur ulang kendaraan dengan sistem keamanan serta dokumentasi ketat. Jepang menerapkan pelelangan daring untuk kendaraan bekas, mempercepat proses pemindahan aset sebelum menjadi risiko.


Tanggapan Pemerintah dan Transjakarta

Menanggapi peristiwa ini, Transjakarta dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta melaporkan akan melaksanakan evaluasi merata terhadap sistem penyimpanan armada.

"Kami sedang menyusun SOP baru terkait aktivitas teknis di lokasi penyimpanan. Ini pelajaran penting bagi kami," ujar Dirut Transjakarta.

Langkah awal meliputi:

           Pembersihan lokasi terbakar

           Audit status aset bus lainnya

           Rencana pelelangan atau pemusnahan bus bekas

Beberapa anggota DPRD DKI juga mendorong percepatan pembentukan regulasi penyimpanan dan manajemen aset transportasi umum.


Apa yang Bisa Dipelajari dari Kejadian Ini?

Kebakaran bus bekas ini mengingatkan kita bahwa aset publik bukan sekadar barang tidak terpakai—ia bisa menjadi risiko nyata jika tidak dikelola dengan baik.

Butuh Sistem Manajemen Aset yang Proaktif

Pemerintah perlu menerapkan sistem digitalisasi aset agar pemantauan dan proses penghapusan bisa lebih cepat. SOP teknis untuk aktivitas seperti pengelasan juga harus diperketat, terutama di lokasi rawan.

Solusi Jangka Panjang yang Mungkin Diambil

           Pelelangan daring kendaraan bekas

           Relokasi ke gudang tertutup yang aman

           Kerja sama dengan industri daur ulang

           Pelatihan keamanan kerja bagi petugas teknis

"Pengelolaan limbah transportasi tidak hanya soal efisiensi, tapi juga keselamatan publik," kata pakar transportasi dari ITB.



Peristiwa bus Transjakarta terbakar di Rawa Buaya merupakan alarm keras untuk pengelolaan aset transportasi publik. 

Dibutuhkan intensitas serta revisi sistemik supaya peristiwa serupa tidak terulang. Bukan hanya menyangkut efisiensi anggaran dan keamanan kerja, tetapi juga perlindungan masyarakat yang tinggal di sekitar fasilitas penyimpanan tersebut.


Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang