7 Kebiasaan Sehari-hari yang Wajib Kamu Tinggalkan di 2025
SERBATAU - Tahun baru sering diisi to-do list ambisius—tapi
percuma kalau kebiasaan lama masih nyangkut. 2025 ini saatnya
bersih-bersih perilaku kecil yang diam-diam menggerus produktivitas dan kesehatan
mental.
Indonesia sendiri masuk jajaran
sembilan besar dunia dalam urusan “nongkrong” di medsos. Rata-rata warganet +62
menghabiskan 188 menit alias 3 jam 8 menit setiap hari berselancar di lini
masa. Waktu sebanyak itu sanggup menamatkan satu buku tipis—atau malah bikin
kita terjebak doom-scrolling.
Jadi, apa saja kebiasaan buruk
itu, mengapa harus ditinggal sekarang, dan bagaimana cara memulainya? Simak
daftarnya, siapa tahu ada rutinitas yang masih kamu pelihara diam-diam.
1.
Bangun Kesiangan Berkali-kali
Alarm “snooze” lima menit
berubah jadi drama buru-buru cari kemeja. Selain bikin mood muram, tidur kurang
dari enam jam terbukti menurunkan produktivitas 19–29 % dibanding mereka yang
tidur 7–8 jam. Efek domino: energi cepat habis, fokus menurun, dan risiko burnout
naik.
Cara putuskan: Tetapkan jam tidur konsisten, jauhi layar satu jam
sebelum rebahan, serta letakkan ponsel di luar jangkauan tangan. Hadiah
tambahannya? Ada waktu me time tenang buat kopi atau meditasi sebelum
kerja dimulai.
2.
Langsung Scroll Medsos Saat Mata Melek
Pertanyaan jujur: kamu buka WA
dulu atau sikat gigi dulu? Survei We Are Social (Q3 2024) mencatat warga
Indonesia rata-rata online di media sosial lebih dari 3 jam per hari—dan
giliran pagi hari sering jadi starting point. Dopamin instan memang
asyik, tapi otak kebanjiran informasi sebelum sarapan malah menurunkan kualitas
fokus.
Cara putuskan: Ganti ritual pagi dengan peregangan 5 menit atau
journaling rasa syukur. Notifikasi boleh dibuka setelah agenda prioritas
selesai. Fokus terjaga, kesehatan mental pun lebih stabil.
3.
Multitasking Padahal Fokus Nol Besar
Laptop buka laporan, telinga
dengar podcast, jari balas chat. Keliatannya produktif, padahal task-switching
dapat “mencuri” hingga 40 % waktu produktif kita, menurut psikolog David Meyer
yang dikutip APA Otak perlu jeda tiap kali ganti konteks—akhirnya kerjaan molor
dan energi terkuras.
Cara putuskan: Terapkan teknik Pomodoro—25 menit kerja, 5 menit
jeda. Kerjakan satu tugas sampai tuntas, baru pindah. Hasil lebih rapi, waktu
istirahat datang tanpa rasa bersalah.
4.
Menunda dan Bangga dengan Deadline Mepet
Kalimat sakti: “Tenang, masih
besok.” Lalu malam sebelum tenggat kamu begadang tiga cangkir kopi. Selain
memicu stres, kebiasaan ini menggandakan risiko kesalahan dan menggerus kesehatan
mental.
Cara putuskan: Pecah proyek besar jadi tugas mikro harian. Tandai
prioritas di aplikasi to-do dan beri alarm pengingat. Kerja lebih awal
menghadirkan slot kosong untuk me time—menonton film atau sekadar
rebahan berkualitas.
5.
Membandingkan Diri 24/7
Teman posting mobil baru, kamu
langsung minder. Fenomena compare-despair menciptakan rasa tidak cukup
yang konstan. Psikolog klinis Dr. Rizka Amelia mengingatkan, “Setiap orang
punya garis waktunya. Jadikan capaian orang lain inspirasi, bukan racun
persaingan.”
Cara putuskan: Batasi konten pemicu iri, praktikkan gratitude
journaling, dan rayakan progres kecil. Mental lebih tenang, ruang kreatif
terbuka, dan produktivitas naik karena energi tak habis untuk
overthinking.
6.
Selalu Mengiyakan Semua Permintaan
Takut dianggap nggak suportif,
kamu rela ambil proyek ekstra padahal jadwal sudah padat. Akibatnya? Energi
tiris, performa anjlok, jalan pintas menuju burnout.
Cara putuskan: Latih kalimat penolakan sopan: “Senang membantu, tapi
minggu ini jadwalku penuh. Bisa kita jadwalkan ulang?” Menjaga batas sehat
adalah bentuk self-respect dan perlindungan kesehatan mental jangka
panjang.
7.
Mengabaikan Waktu Istirahat
Budaya hustle sering memuja
tidur 5 jam seakan lambang dedikasi. Padahal kurang tidur, minim gerak, dan
malas jeda adalah resep kelelahan kronis. Burnout kerap bermula dari
tumpukan lelah yang diabaikan.
Cara putuskan: Blok jeda makan siang bebas layar, lakukan micro-break
tiap 90 menit, dan rencanakan libur singkat tiap kuartal. Ingat, waktu
istirahat bukan kemewahan—itu vaksin alami melawan stres.
Perubahan
Besar Berawal dari Kebiasaan Kecil
Kadang yang menghambat langkah bukan batu besar, melainkan kerikil di sepatu. Singkirkan tujuh kebiasaan buruk tadi pelan-pelan: pilih satu minggu ini, rasakan bedanya, lalu lanjutkan. 2025 bukan tentang menjadi sempurna, melainkan menjadi versi diri yang lebih sadar, sehat, dan produktif setiap harinya. Siap mulai hari ini?