Kasus Judol Seret Nama Budi Arie, Ini Kronologi dan Responsnya
![]() |
(Instagram: Budi Arie Setiadi) |
Nama Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, kembali menjadi sorotan tajam publik setelah muncul dalam dakwaan kasus mafia akses situs judi online—yang kerap disingkat sebagai “judol”. Dalam dokumen dakwaan yang dibacakan awal tahun 2025, Budi Arie diduga menerima aliran dana dalam proses pembukaan blokir situs-situs tersebut.
Meskipun hingga pertengahan Mei 2025 status hukumnya masih sebagai saksi, kontroversi ini memantik diskusi luas seputar dugaan korupsi pejabat publik dan penegakan hukum di Indonesia. Artikel ini mengulas kronologi kasus, tanggapan Budi Arie, dan bagaimana media serta publik meresponsnya.
Kasus Dugaan Judol
Kronologi Dugaan Suap dan Akses Judol
Kasus ini bermula dari investigasi Kepolisian dan Kejaksaan Agung terhadap jaringan mafia digital yang mengatur pembukaan blokir situs judi online. Dalam proses pengungkapan, ditemukan bahwa ada dugaan aliran dana yang dikaitkan dengan pejabat publik, termasuk nama Budi Arie.
Pada awal tahun 2025, dakwaan resmi menyebutkan bahwa sejumlah pihak menerima imbalan untuk “membiarkan” akses kembali ke situs-situs terlarang tersebut. Ini kemudian menjadi bagian dari proses klarifikasi di kejaksaan.
Status Hukum Budi Arie
Hingga saat ini, Budi Arie belum ditetapkan sebagai tersangka. Ia masih berstatus sebagai saksi dan dipanggil untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Kejaksaan menegaskan bahwa proses hukum yang berjalan murni berdasarkan data dan bukti, bukan tekanan politik atau opini publik.
Respons dan Pernyataan Budi Arie
Pernyataan Resmi dan Sikap Terbuka
Budi Arie merespons tuduhan itu dengan pernyataan yang mencolok, menyebut bahwa “Tuhan tidak pernah tidur” dan menyamakan tudingan ini dengan “kaset rusak”—sebuah metafora untuk narasi lama yang terus diulang. Ia membantah menerima dana apa pun dari kegiatan ilegal.
“Saya tidak pernah menerima satu rupiah pun dari kegiatan ilegal. Tuduhan ini hanya pengulangan dari narasi lama,” tegasnya.
Sebagai pejabat negara, Budi Arie juga menyatakan dukungan penuh terhadap proses hukum dan siap hadir kapan pun dipanggil.
Etika Pejabat Publik di Era Digital
Dalam era digital yang penuh sorotan dan keterbukaan, integritas bukan hanya dinilai dari status hukum, tapi juga dari komunikasi publik. Budi Arie telah memilih untuk berbicara secara terbuka, langkah yang mencerminkan pentingnya etika pejabat publik di era digital.
Pemeriksaan Lanjutan oleh Kepolisian
Alasan Pemeriksaan Kembali
Kepolisian menyebutkan adanya data baru dalam proses pelacakan aliran dana yang mendorong perlunya pemeriksaan tambahan terhadap Budi Arie. Proses ini bukan untuk menetapkan status baru, melainkan mendalami klarifikasi terhadap keterlibatan sejumlah nama pejabat dalam kasus hukum ini.
Posisi Hukum Mei 2025
Per Mei 2025, tidak ada perubahan status hukum Budi Arie. Kejaksaan menyampaikan bahwa siapa pun yang disebut dalam dakwaan akan dipanggil untuk memberikan keterangan tambahan sebagai bagian dari prinsip pemeriksaan publik dalam demokrasi modern.
Pro dan Kontra di Masyarakat dan Media
Reaksi Media Sosial dan Projo
Tagar seperti #BudiArieJudol dan #DukungBudiArie menjadi trending di media sosial. Organisasi relawan Projo menyatakan bahwa penyebutan nama Budi Arie dalam dakwaan berpotensi sebagai upaya framing politik terhadap salah satu tokoh loyalis Presiden Jokowi.
Analisis Framing dan Dampak Media
Sejumlah pengamat hukum mengingatkan bahwa netralitas media Indonesia sedang diuji dalam kasus-kasus viral seperti ini. Dalam beberapa pemberitaan, tone yang digunakan menunjukkan dugaan politisasi. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan dampak media sosial terhadap persepsi publik yang bisa mengaburkan fakta.
Cara Membedakan Berita Hoaks dan Fakta
Kontroversi ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk memilah informasi dengan bijak. Saat berita beredar cepat di dunia maya, penting bagi pembaca untuk mengandalkan media tepercaya dan memverifikasi narasi sebelum membentuk opini.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Kasus Ini?
Transparansi dan Tanggung Jawab Pejabat Publik
Kejelasan hukum bukan satu-satunya ukuran integritas. Transparansi, kecepatan respons terhadap tuduhan, dan keterbukaan pada publik adalah indikator penting dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi.
![]() |
(Instagram: Budi Arie Setiadi) |
Media memiliki peran penting sebagai penjaga objektivitas. Namun di sisi lain, masyarakat juga perlu meningkatkan literasi digital untuk memahami kapan berita bersifat faktual atau sekadar menggiring opini.
Kontroversi seputar dugaan Budi Arie menerima dana judol memperlihatkan bagaimana kombinasi antara dakwaan hukum, respons pejabat, dan dinamika media bisa membentuk opini publik dengan sangat cepat. Meski belum terbukti bersalah, kasus ini menyoroti pentingnya komunikasi yang terbuka dan proses hukum yang transparan.
Dengan pemeriksaan lanjutan oleh Kepolisian yang akan digelar dalam waktu dekat, publik berhak berharap bahwa penegakan hukum di Indonesia akan berjalan objektif tanpa intervensi politik atau tekanan publik yang tidak berdasar. Kasus ini adalah cerminan ujian terhadap netralitas media, etika pejabat publik, dan ketahanan demokrasi digital kita hari ini.