Dilema Pabrik Tahu Sidoarjo: Hemat Biaya, Cemari Lingkungan
![]() |
Pabrik tahu di Sidoarjo yang menggunakan sampah sebagai bahan bakar |
Di balik gurihnya tahu yang setiap hari kita konsumsi, tersimpan kisah panjang tentang industri kecil menengah (IKM) tahu di Sidoarjo yang menghadapi dilema pelik. Demi efisiensi produksi, banyak pabrik tahu di kawasan ini bertahun-tahun menggunakan limbah domestik, termasuk sampah plastik, sebagai bahan bakar.
Praktik ini memang mengurangi biaya operasional secara signifikan. Namun, di sisi lain, dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat menimbulkan keprihatinan serius.
Praktik Industri Tahu di Sidoarjo
Jumlah IKM Tahu yang Masih Aktif
Kawasan Tropodo di Sidoarjo dikenal sebagai salah satu sentra produksi tahu terbesar di Jawa Timur. Sekitar 67 IKM tahu masih aktif beroperasi di daerah ini, menopang ekonomi lokal sekaligus memenuhi kebutuhan pasar.
Jenis Bahan Bakar yang Digunakan
Mayoritas pabrik menggunakan bahan bakar seperti kayu bakar dan sampah plastik. Mengapa plastik? Karena selain murah, sampah plastik mudah didapat dari sisa limbah rumah tangga yang belum terkelola dengan baik. Data dari Kompas.id menyebutkan sekitar 24% industri masih menggunakan plastik sebagai sumber energi utama.
Riwayat Penggunaan Sampah Plastik
Praktik penggunaan bahan bakar dari sampah ini dimulai lebih dari satu dekade lalu, saat harga bahan bakar minyak melonjak. Karena terbatasnya akses energi bersih, para pelaku IKM beradaptasi dengan sumber energi yang tersedia—sampah.
Data dan Fakta:
Laporan Greenpeace tahun 2019 mencatat tingginya konsentrasi zat beracun seperti dioksin dan furan akibat pembakaran sampah plastik di Tropodo. Kadar emisi berbahaya dari pembakaran plastik ini disebut telah melampaui ambang batas aman yang ditetapkan WHO.
Mengapa Sampah Masih Jadi Pilihan?
Hemat Biaya, Efisien Produksi
Industri tahu berskala kecil tak punya banyak pilihan. LPG industri mahal dan kayu bakar legal sulit didapat. Sampah plastik, meski berisiko, menjadi solusi praktis karena tersedia dalam jumlah besar.
Keterbatasan Akses Energi Bersih
Banyak pelaku IKM belum tersentuh program transisi energi atau skema subsidi dari pemerintah. Minimnya modal membuat mereka sulit berinvestasi pada teknologi bersih. Ini menjadi penghalang besar bagi solusi energi alternatif untuk industri kecil.
Rantai Pasok Sampah yang Liar
Masih lemahnya sistem pengelolaan sampah di Indonesia membuat sampah rumah tangga dengan mudah masuk ke jalur distribusi bahan bakar industri. Limbah domestik yang tak terpilah menjadi 'emas' bagi pelaku industri yang kesulitan mendapatkan sumber energi lain.
Dampak yang Terjadi di Lapangan
Pencemaran Udara Sidoarjo Meningkat
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsentrasi partikel PM2.5 di kawasan Tropodo mencapai 1.063 µg/m³—19 kali lipat dari ambang aman WHO. Jika Anda bertanya "Apa itu PM2.5?"—ini adalah partikel halus berbahaya yang bisa masuk ke paru-paru dan aliran darah.
Risiko Kesehatan Masyarakat
Bahaya pembakaran sampah plastik tak main-main. Zat seperti dioksin berpotensi menyebabkan kanker, gangguan hormon, dan penyakit pernapasan kronis. Warga Tropodo mengeluhkan bau menyengat, debu hitam, dan gangguan kesehatan yang makin sering terjadi.
Suara Warga dan Komunitas
"Tiap pagi bau terbakar menyengat. Rumah jadi kotor oleh debu hitam," ujar seorang warga Tropodo. Komunitas lokal kini aktif menyuarakan perubahan, bahkan beberapa menggandeng LSM untuk advokasi lingkungan yang lebih kuat.
Apa Kata Pemerintah?
Tinjauan dari KLHK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah melakukan audit terhadap sejumlah pabrik tahu di Tropodo. Mereka menyarankan penghentian penggunaan bahan bakar dari sampah plastik dan mendorong solusi jangka panjang.
Komitmen 51 Pabrik Tahu
Sebanyak 51 dari 67 pabrik tahu telah menandatangani komitmen untuk beralih ke bahan bakar alternatif. Langkah ini patut diapresiasi, meski implementasi di lapangan masih perlu pengawasan ketat.
Pemantauan dan Penegakan Hukum
Pemerintah daerah mulai melakukan pemantauan berkala. Meski begitu, kapasitas dan anggaran menjadi kendala utama. Sanksi administratif dan pembinaan masih jadi pilihan utama, dengan harapan edukasi lebih efektif daripada hukuman langsung.
![]() |
Pabrik tahu di Sidoarjo yang menggunakan sampah sebagai bahan bakar |
Mencari Jalan Keluar: Solusi Energi Ramah Lingkungan
Alternatif Bahan Bakar
Teknologi biomassa dan briket dari limbah organik mulai diterapkan di beberapa daerah seperti Banyumas dan Klaten. Biogas dari limbah tahu juga berpotensi menjadi solusi lokal yang berkelanjutan.
Efisiensi Teknologi di Industri Kecil
Inovasi seperti tungku hemat energi dan sistem gasifikasi bisa menekan emisi sekaligus mengurangi biaya operasional. Penggunaan teknologi ini penting untuk mempercepat adopsi energi bersih.
Dukungan Pemerintah Diperlukan
Cara pemerintah mendorong industri ramah lingkungan dapat dilakukan melalui insentif fiskal, pelatihan teknis, hingga kemudahan akses kredit hijau. Program pendampingan dari Kementerian Perindustrian harus diperluas agar menjangkau IKM di daerah-daerah terpencil.
Menimbang Ekonomi dan Ekologi
Fenomena pabrik tahu di Sidoarjo mencerminkan betapa kompleksnya relasi antara kebutuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Di satu sisi, industri kecil menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
Di sisi lain, praktik yang tidak ramah lingkungan menimbulkan risiko jangka panjang. Transformasi menuju produksi bersih adalah keniscayaan. Diperlukan kolaborasi kuat antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat agar perubahan ini bukan hanya mungkin, tapi juga berkelanjutan.
Dengan kesadaran kolektif dan komitmen jangka panjang, Sidoarjo bisa menjadi pelopor dalam menciptakan model industri kecil yang produktif sekaligus peduli lingkungan.